Selasa, 16 Desember 2008

UNDANGAN PERNIKAHAN

Ahad, 14 desember 2008 tepat 6 (enam) hari menjelang pencoblosan Pemilihan Umum Bupati putaran kedua, saya diundang seseorang untuk menghadiri pernikahan, karena mis komunikasi terpaksa datang terlambat, setelah bertanya-tanya kepada penduduk alamat pernikahan itu, akhirnya sampailah ke lokasi tempat dilangsungkan pernikahan. yang menarik perhatian terdapat salah satu stiker besar pasangan calon bupati yang ditempel pada kaca belakang salah satu mobil tim sukses diparkir berdempetan dengan mobil-mobil lain. Yang terbersit dalam bayangan, se-begitu peduli-nya pasangan calon tersebut bisa menghadiri pernikahan yang tempat/lokasi serta acara resepsi super sederhana ditempat nonjauh plosok disana, untuk menemukan tempatnyapun harus mengganggu aktifitas para petani yang bekerja dipematang sawah dan tukang ojek yang sesekali berpapasan sekedar bertanya-tanya peta lokasi kampung itu.

Kehadiran calon pemimpin atau pemimpin dalam sebuah acara merupakan wujud perhatian. Perhatian para pemimpin terhadap rakyatnya, tidak mesti dalam bentuk materi belaka, empati dalam bentuk hadir dalam undangan hajatan tujuh bulanan saja bagi sebagian masayarakat disana sudah cukup menjadi pelipur lara, karena selama ini rakyat menjadi komoditas politik, dijadikan korban, diiming-imingi janji-janji bohong, tentunya sebagai rakyat jelata, haus keinginan, ketika diberi harapan tanpa pikir panjang akhirnya hatinya dengan mudah terjebak jerat kata-kata manis, kerelaan langkah kakinya mengantarkan pilihannya, tangan kanannya tanpa ragu lagi mengambil alat coblos dibilik suara yang telah disediakan, ditusukan pada gambar calon pilihannya. Di luar TPS ia merasa lega telah memenuhi haknya sebagai pemilih yang baik bersedia rela datang ke TPS menentukan pilihannya. Dibalik kelegaan itu ia yakin pilihannya bakal menang, kalau menang tentunya ia akan mengalami perubahan, ia tidak akan mendengar tangisan anaknya disetiap pagi hari minta sekedar untuk sarapan pagi, karena sore kemarin tidak sempat makan, maklum pekerjaannya tidak cukup beli beras untuk makan pagi sore, sesekali mampu beli beras, tidak sempat menanak nasinya, kayu bakar yang selama ini digunakan untuk mendidihkan air dan memasak berbagai makanan, masih basah karana hujan terus turun, minyak tanah yang melonjak harganya sudah tidak terjangkau lagi, gas yang diramekan ditelevisi belum kunjung ia miliki, walupun dirinya kalau kebagian kebingungan cara menggunakan gas tersebut, tapi tetap berharap pemerintah segera memberinya, rumah yang ukuran/tipe 26 itu, kalau musim hujan sudah dipastikan tidak bisa ditempati karena genting rumahnya roboh, air hujan masuk menggenangi seluruh rumahnya yang sempit itu. Lengkap sudah penderitaan rakyat, pemilu pertama memilih bupati langsung dalam sejarah demokrasi bangsa yang konon kaya raya ini menyimpan sejuta harapan akan perubahan negri sekaligus perubahan nasib dirinya.

Dipundak para calon, beban harapan rakyat mulai dipercayakan untuk setidaknya bisa meringankan penderitaan yang selama ini menjepit dan menghimpit masyarakat kita. Keinginan jadi pemimpin adalah keinginan mulia untuk mengemban amanah, amanah dari para pemilih walaupun realitas pemilih tidak sebanding dengan orang tidak memilihnya, tapi itulah aturan demokrasi sebagai satu-satunya alat legetimasi, bahwa ia dipilih sebagi refresentasi rakyat, otomotomatis ia mewakili seluruh rakyat yang milih atau tidak memilihnya ketika dia jadi pemimpin.
Jabatan adalah Amanah yang dimandatkan rakyat, rakyat yang menggantungkan harapan itu, tentunya harus dipertanggung jawabkan dihadapan rakyat, rakyat akan berharap pemimpinnya tanpa cacat, harus serba bisa, serba cepat, tangkas, cekatan, peka, jujur, serta penuh empati walaupun sekedar diundang menghadiri resepsi pernikahan rakyat jelata, kehadiran tidak selamnya dalam bentuk pisik secarik kertas permohonan maaf rakyat akan menghargainya.

Tapi sebagai rakyat ada yang apatis, siapapun pemimpinnya akan sama, bahkan tidak ada pemimpinpun bagi dirinya tidak ada pengaruhnya. Inilah pekerjaan rumah para calon yang harus dipersiapkan, jangan sampai kehadirannya sebagi pemimpin tidak ada bedanya dengan tidak ada dirinya sebagai pemimpin, pemimpin semacam ini sudah tidak dihargai bahkan dilecehkan oleh rakyatnya sendiri. Inilah hukuman pertama dari rakyat, ia akan acuh, sementara para pemimpin asyik dengan jabatannya, pemimpin demikian walupun diacuhkan oleh rakyatnya, tapi tidak dihadapan hukum Tuhan. Pemimpin yang lupa janji, atau ia dengan smene-mena memperkaya diri sendiri, dengan sendirinya diduniapun dapat dilihat sebenarnya sedang berjalan pada jeruji besi, KPK yang punya gigi mengintai aktifitas pergeseran dan perubahan kekayaan bupati, karena bagi KPK data-data yang dilaporkan sebelum jadi bupati harus seimbang dengan penghasilan ketika jadi bupati. Tapi bagi bupati yang amanah, jabatan itu anugrah yang harus dihormnati dan betul-betul dijaga, dengan penuh waspada dan hati-hati, ia akan melangkah sesuai dengan bimbingan dan aturan Illahi Rabbi.

Selamat berjuang wahai para Kandidat, kadung engkau telah siap dan masuk putaran kedua aku gantungkan harapan dan cita-cita ku pada kalian. Bila engkau amanah akan aku kenang dan disanjung seingat umurku, tapi bila kau lacut dan nista, engkau akan dikubur dalam tinja kehinaan dunia dan engkau akan diminta pertangung jawaban oleh Allah yang Esa nanti setelah mati. Wallahu alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar