Selasa, 16 Desember 2008

"HAMIL DARA"

Sore itu didepan puskesmas, tiba-tiba ada sepeda motor plat merah (motor pemerintah) dikendarai seorang laki (aparatur desa) membonceng seorang perempuan yang kelihatan resah dan terburu-buru berhenti tepat di depan rumah seorang perawat yang kesehariannya tinggal tidak jauh dari puskesmas itu, perawat yang tugasnya merawat pasien yang sakit, bagi dia bertambah jobnya, selain melayani pasiennya, juga merawat kantor puskesmas yang selalu sepi setiap sorenya, bukan tidak ada pasien yang datang, melainkan karyawan dan para petugasnya telah pulang tepat jam 3 tiga sore, kalau urusan pulang kantor/kerja bagi karyawan atau aparatur pemerintah selalu ontime, terlambat satu jam saja pasti harus ada imbalan uang lembur. Jadinya apapun resiko dan pentingnya urusan bagi rakyat yang membutuhkan pelayanannya kalau sudah bersentuhan dengan birokrasi –ya- harus jam kerja, kalau ingin layanan prima bagi rakyat kecil berarti harus merogoh kocek tabungan yang telah ditabungnya dua tahun yang lalu. Mungkin itulah prinsip birokrasi, bila pekerjaan itu mudah dan bisa dipercepat kenapa tidak diperlambat, mungkin itu tafsiran salah dari makna birokrasi; pekerjaan jelimet dan bertele-tele.

Malang nasib sang perempuan itu, rupanya perawat yang menjadi tumpuan harapan sedang diundang oleh pa Ahmad yang istrinya sakit panas, mual muntah setelah dua hari yang lalu, sehingga tidak bisa datang ke puskesmas dan terpaksa memboyong perawat yang sekaligus penjaga dan piket puskesmas itu. Aneh memang perawat yang oleh undang-undang negri ini dilarang membuka peraktek pengobatan, realitasnya ia lebih dirasakan manfaat dan keberadaanya oleh sebagian rakyat jelata ketimbang dokter yang memiliki izin peraktek. Disetiap balai pengobatan dokter datang pada hari-hari dan jam tertentu, dokter mungkin sibuk peraktek yang keuntungannya bisa sepuluh kali lipat dari pengahasilannya sebagai dokter puskesmas, logis kalau begitu, bagi wargapun perawat dianggapnya dokter,karena setiap kepuskesmas untuk berobat dirinya atau sekedar mengantar sanak pamilinya warga selalu berhadapan dengan perawat itu, pantas bagi masyarakat awam setiap urusan yang memegang jarum suntik dipanggilnya dokter.

“ada apa bu...?” dengan penuh kepenasaran aku ingin lebih tahu maksud dan tujuan sang perempuan itu yang sedang kebingungan.

"adik ku mau melahirkan”, ada sesak dalam dada, teringat istriku yang melahirkan anak keduaku dirumah sakit yang langsung meninggal, bahkan tidak sempat mendengar tangisan jabang bayi yang ku beri nama ‘Hikmah at-Taqy’ itu.

“dimana bu..?”,

“di rumah” jawabnya singkat dan penuh harap,

“tidak dibawa ke bidan bu.........?”, aku sempat keheranan, urusan melahirkan kok harus menghubungi terlebih dahulu perawat, rupanya sekedar ingin mendapat referensi dari perawat itu, bidan mana yang tepat untuk membantu persalinan adiknya.

“ia, lagi nyari kendaraan” jawabnya sambil melihat mobil carry sujukiku tahun 2005 yang aku tunggangi dengan tatapan penuh harap, ada kata sambutan dariku yang menyenangkan hatinya

“sudah bu, aku antar aja...” tanpa basa basi dan ucapan terimakasih sepatahpun dari sang perempuan itu, ia langsung masuk mobil, mungkin sangat senang sehingga lupa etika budaya timur sekedar ucapan nuhun, yang terpikirkan oleh perempuan itu bagaimana secepatnya membawa adiknya yang merintih kesakitan dari sejak kemarin
ketempat persalinan, walaupun kebingungan bidan mana yang akan dituju karena belum bertemu dengan sang perawat yang sedang dicarinya.

Selama dalam kendaraan, Perempuan itu tidak banyak bicara, raut muka yang resah dan gelisah menghilangkan kepenasarananku untuk bertanya-tanya, perempuan itu sesekali hanya menunjukkan arah jalan menuju rumah adiknya. Jalan yang dilaluinya ternyata masuk hutan bambu, yang tak terbersit dalam pikiran orang yang tinggal diperkotaan terdapat perkampungan ditengah rimbun rumpun bambu itu, jalanan yang sempit, berkelok, becek dan licin, memaksa kendaran yang ku tumpangi berjalan sangat lambat sesekali berhenti untuk menghindari bebatuan agar tidak mengganjal sasis bagian bawah mobilku.

“sudah sampai disini aja” sang perempuan itu memecahkan kesunyian dan ketakutanku yang menghantui perasaan saat melewati jalan yang sepi itu.

“rumahnya dimana bu....?” keherananku sambil melirih pada sang perempuan itu, hanya ada beberapa rumah sepi dan lapang kecil yang cukup untuk parkir, tak terlihat kerumuan warga atau anggota rumah yang berkumpul tanda-tanda ada yang akan melahirkan

“.........masih jauh pa, dibawah, bapa tunggu aja disini, orang yang melahirkannya mau dibokong pakai kursi......” , ujarnya sambil menunjukkan kelembah jalan setapak yang hanya cukup untuk kendaraan sepeda motor, perempuan itu berlari menuju jalan yang ditunjuknya, lalu menghilang ditelan rumpunan bambu yang gelap, cuacapun sudah mulai tidak bersahabat karena hari menjelang magrib. Setengah jam kemudian, berbondong orang-orang dengan ramai-ramai menggotong kursi, dikursi itu terlihat seorang wanita muda meringis kesakitan, perutnya yang buncit besar dipegang oleh kedua tangannya, aku sempat bertanya pada orang-orang disekitarnya tentang kehamilannya, ternyata hamil pertama, orang kampung disana menyebutnya ‘hamil dara’. Perisitiwa melahirkan dibawa ke tempat persalinan dikampung itu jarang terjadi, biasanya melalui bantuan paraji/dukun kampung.

Disela rintihan kesakitannya wanita yang hamil dara itu ia menegok kearahku dan sempat bertanya

“...bapa, ibu kok ga ikut...” aku hanya mengelengkan kepala, perasaan ku terharu, betapa terhormatnya sang perawat itu. Wallahu a’lam

UNDANGAN PERNIKAHAN

Ahad, 14 desember 2008 tepat 6 (enam) hari menjelang pencoblosan Pemilihan Umum Bupati putaran kedua, saya diundang seseorang untuk menghadiri pernikahan, karena mis komunikasi terpaksa datang terlambat, setelah bertanya-tanya kepada penduduk alamat pernikahan itu, akhirnya sampailah ke lokasi tempat dilangsungkan pernikahan. yang menarik perhatian terdapat salah satu stiker besar pasangan calon bupati yang ditempel pada kaca belakang salah satu mobil tim sukses diparkir berdempetan dengan mobil-mobil lain. Yang terbersit dalam bayangan, se-begitu peduli-nya pasangan calon tersebut bisa menghadiri pernikahan yang tempat/lokasi serta acara resepsi super sederhana ditempat nonjauh plosok disana, untuk menemukan tempatnyapun harus mengganggu aktifitas para petani yang bekerja dipematang sawah dan tukang ojek yang sesekali berpapasan sekedar bertanya-tanya peta lokasi kampung itu.

Kehadiran calon pemimpin atau pemimpin dalam sebuah acara merupakan wujud perhatian. Perhatian para pemimpin terhadap rakyatnya, tidak mesti dalam bentuk materi belaka, empati dalam bentuk hadir dalam undangan hajatan tujuh bulanan saja bagi sebagian masayarakat disana sudah cukup menjadi pelipur lara, karena selama ini rakyat menjadi komoditas politik, dijadikan korban, diiming-imingi janji-janji bohong, tentunya sebagai rakyat jelata, haus keinginan, ketika diberi harapan tanpa pikir panjang akhirnya hatinya dengan mudah terjebak jerat kata-kata manis, kerelaan langkah kakinya mengantarkan pilihannya, tangan kanannya tanpa ragu lagi mengambil alat coblos dibilik suara yang telah disediakan, ditusukan pada gambar calon pilihannya. Di luar TPS ia merasa lega telah memenuhi haknya sebagai pemilih yang baik bersedia rela datang ke TPS menentukan pilihannya. Dibalik kelegaan itu ia yakin pilihannya bakal menang, kalau menang tentunya ia akan mengalami perubahan, ia tidak akan mendengar tangisan anaknya disetiap pagi hari minta sekedar untuk sarapan pagi, karena sore kemarin tidak sempat makan, maklum pekerjaannya tidak cukup beli beras untuk makan pagi sore, sesekali mampu beli beras, tidak sempat menanak nasinya, kayu bakar yang selama ini digunakan untuk mendidihkan air dan memasak berbagai makanan, masih basah karana hujan terus turun, minyak tanah yang melonjak harganya sudah tidak terjangkau lagi, gas yang diramekan ditelevisi belum kunjung ia miliki, walupun dirinya kalau kebagian kebingungan cara menggunakan gas tersebut, tapi tetap berharap pemerintah segera memberinya, rumah yang ukuran/tipe 26 itu, kalau musim hujan sudah dipastikan tidak bisa ditempati karena genting rumahnya roboh, air hujan masuk menggenangi seluruh rumahnya yang sempit itu. Lengkap sudah penderitaan rakyat, pemilu pertama memilih bupati langsung dalam sejarah demokrasi bangsa yang konon kaya raya ini menyimpan sejuta harapan akan perubahan negri sekaligus perubahan nasib dirinya.

Dipundak para calon, beban harapan rakyat mulai dipercayakan untuk setidaknya bisa meringankan penderitaan yang selama ini menjepit dan menghimpit masyarakat kita. Keinginan jadi pemimpin adalah keinginan mulia untuk mengemban amanah, amanah dari para pemilih walaupun realitas pemilih tidak sebanding dengan orang tidak memilihnya, tapi itulah aturan demokrasi sebagai satu-satunya alat legetimasi, bahwa ia dipilih sebagi refresentasi rakyat, otomotomatis ia mewakili seluruh rakyat yang milih atau tidak memilihnya ketika dia jadi pemimpin.
Jabatan adalah Amanah yang dimandatkan rakyat, rakyat yang menggantungkan harapan itu, tentunya harus dipertanggung jawabkan dihadapan rakyat, rakyat akan berharap pemimpinnya tanpa cacat, harus serba bisa, serba cepat, tangkas, cekatan, peka, jujur, serta penuh empati walaupun sekedar diundang menghadiri resepsi pernikahan rakyat jelata, kehadiran tidak selamnya dalam bentuk pisik secarik kertas permohonan maaf rakyat akan menghargainya.

Tapi sebagai rakyat ada yang apatis, siapapun pemimpinnya akan sama, bahkan tidak ada pemimpinpun bagi dirinya tidak ada pengaruhnya. Inilah pekerjaan rumah para calon yang harus dipersiapkan, jangan sampai kehadirannya sebagi pemimpin tidak ada bedanya dengan tidak ada dirinya sebagai pemimpin, pemimpin semacam ini sudah tidak dihargai bahkan dilecehkan oleh rakyatnya sendiri. Inilah hukuman pertama dari rakyat, ia akan acuh, sementara para pemimpin asyik dengan jabatannya, pemimpin demikian walupun diacuhkan oleh rakyatnya, tapi tidak dihadapan hukum Tuhan. Pemimpin yang lupa janji, atau ia dengan smene-mena memperkaya diri sendiri, dengan sendirinya diduniapun dapat dilihat sebenarnya sedang berjalan pada jeruji besi, KPK yang punya gigi mengintai aktifitas pergeseran dan perubahan kekayaan bupati, karena bagi KPK data-data yang dilaporkan sebelum jadi bupati harus seimbang dengan penghasilan ketika jadi bupati. Tapi bagi bupati yang amanah, jabatan itu anugrah yang harus dihormnati dan betul-betul dijaga, dengan penuh waspada dan hati-hati, ia akan melangkah sesuai dengan bimbingan dan aturan Illahi Rabbi.

Selamat berjuang wahai para Kandidat, kadung engkau telah siap dan masuk putaran kedua aku gantungkan harapan dan cita-cita ku pada kalian. Bila engkau amanah akan aku kenang dan disanjung seingat umurku, tapi bila kau lacut dan nista, engkau akan dikubur dalam tinja kehinaan dunia dan engkau akan diminta pertangung jawaban oleh Allah yang Esa nanti setelah mati. Wallahu alam.

Kamis, 11 Desember 2008

PERANAN WANITA DAN KEBANGKITAN UMMAT ISLAM MASA KINI

PERANAN WANITA DAN KEBANGKITAN UMMAT ISLAM MASA KINI

Dr. Yusuf Al-Qardhawi

PERTANYAAN

Apakah benar ada masa kebangkitan bagi ummat Islam?

Jika ada, bagaimana peranan wanita dalam Islam secara umum

dan pandangan terhadap wanita karier, dan bagi yang

berpendidikan tinggi pada khususnya?

JAWAB

Tidak dapat diragukan lagi, bahwa kita hidup dalam era

kebangkitan Islam, setelah sekian lama kaum Muslimin berada

dalam keadaan tidak sadar dan lelap dalam tidurnya yang

berkepanjangan, seperti halnya kaum Kahfi, dimana

musuh-musuh mereka mengintervensi dari Barat, Timur, Selatan

dan Utara. Kemudian menjajah dan menguasainya, sehingga

dengan mudah menjatuhkan mereka dari agamanya, yaitu Islam.

Lalu diganti secara paksa peraturan-peraturan baru,

hukum-hukum baru, baik dalam masalah politik maupun sosial.

Hal-hal yang demikian itu terjadi pada saat kaum Muslimin

dalam keadaan tidak sadar. Kemudian berkat perjuangan

ahli-ahli fiqih dan dakwah, maka terjadilah pembaruan untuk

membangun pusat dakwah Islamiah dan perorangan di mana-mana.

Dengan takdir Allah, maka terjadilah kebangkitan ummat

Islam. Hal ini sudah biasa bagi ummat Islam dan sesuai

dengan sifatnya, bahwa ummat Islam tidak mungkin mati

selamanya, tanpa bangkit kembali. Karenanya, agama yang

hidup mengharuskan ummatnya hidup; dan Allah swt. dalam

setiap masa selalu mengangkat seseorang, untuk membawa

keharuman agama bagi ummatnya.

Dalam setiap masa selalu timbul di tengah-tengah ummat

Islam, orang-orang yang membela kebenaran, walau bahaya

menentangnya, sampai datangnya hari Kiamat. Maka dari itu,

keluarlah suara-suara untuk mengajak bagi ditegakkannya

kebenaran dan dipraktekkannya agama Islam secara utuh serta

pembaruan, sebagaimana dapat dirasakan seperti sekarang ini.

Sebenarnya, kebangkitan ini meliputi semua aspek. Sebagian

orang mengira di saat permulaan hanya suara saja yang

timbul, disebabkan oleh perasaan dan semangat. Sementara

kenyataan menjadi sebaliknya, setiap waktu bertambah kuat

semangat yang menyala, perasaan yang hidup dalam kesadaran

pada agama tersebut, dan kebangkitan berdasarkan pikiran

yang sehat, setelah lama hidup jauh dari kemurnian dan

kebenarannya. Sadar akan akibat dan keadilannya di segala

bidang.

Sungguh telah berubah semua perasaan dan simpatik, yang

dulunya di bawah naungan gerakan Nasionalisme dan

Sosialisme, serta lain-lainnya, dari aliran yang

bertentangaan dengan agama. Maka, pikiran-pikiran yang

semula dipengaruhi oleh paham-paham yang bukan bersumber

pada Islam, karena belum paham terhadap Islam, sekarang ini

mereka sadar akan kebenaran dan kemurnian dari ajaran Islam.

Mereka paham bahwa Islam itu bukan ibadat saja, tetapi

menyangkut segi akidah, akhlak yang luhur, muamalah

(jual-beli) yang baik, dan hukum-hukum yang telah ditetapkan

Allah. Bahkan Islam itu adalah amanat dan risalah yang dapat

mengatur kehidupan manusia sebelum lahirnya manusia, sesudah

lahir, ketika masih berupa janin, di waktu hidup dan ketika

mati. Begitu juga di waktu bangkit kembali.

Kcbangkitan ini termasuk kebangkitan berpikir. Kita telah

melihat buku-buku yang telah ditulis oleh ahli-ahli pikir

dan penulis-penulis terkenal. Di mana-mana, terutama di

perpustakaan, penuh dengan bermacam-macam buku yang dibaca

para generasi muda Islam, mulai dari yang berpendidikan

rendah sampai yang berpendidikan tinggi, mereka

mempelajarinya secara mendalam.

Adapun masa kemunduran dan bekunya pikiran adalah disebabkan

oleh banyak hal, diantaranya ialah:

Pada masa itu banyak pikiran-pikiran yang condong dan

menganggap harus ikut peradaban Barat di segala bidang.

Tiada jalan bagi kemajuan, kecuali mengambil peradaban Barat

secara keseluruhan, baik, buruk, pahit dan manis. Sehingga

para simpatisan giat mencari dalil untuk menguatkan

kedudukan dan peradaban orang asing; bahkan hal-hal yang

tidak sesuai dengan peraturan mereka, dicela dan dianggap

tidak sempurna, misalnya dalam masalah talak, riba, poligami

dan sebagainya.

Sekarang ini lain halnya, semua masalah dihadapi dengan

bahasa ilmiah dan pikiran yang sehat, walaupun mereka dalam

masa kemajuan telah mencapai bulan dan dengan mudah manusia

dapat menikmati hidup yang mewah, tetapi mereka gagal dalam

membina ketenangan jiwanya. Mereka hanya memperhatikan

sarana bagi sesuatu, tetapi mereka mengabaikan tujuan luhur

dari kehidupan ini, dan itu hanya bisa diarahkan oleh Islam.

MASALAH YANG TIDAK DAPAT DIJAWAB

Peradaban masyarakat Barat tidak dapat menjawab pertanyaan

berikut ini: Untuk apakah manusia ini hidup, dari mana dan

hendak ke mana mereka pergi?

Peradaban Barat tidak dapat memberi kebahagiaan dan

kesejahteraan bagi manusia. Maka Islamlah satu-satunya agama

alternatif yang dapat mengungkapkan kelemahan dan

ketidakmampuan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan

yang menuju ke arah kesejahteraan di dunia maupun di

akhirat. Islamlah yang dapat menjawab dan memecahkan semua

permasalahan, baik masalah politik, sosial dan lainnya.

PERANAN KAUM INTELEKTUAL

Perhatian akan masalah-masalah Islam tidak saja terbatas

kepada orang-orang berusia lanjut, bahkan tampak lebih besar

perhatian semangatnya di kalangan para pelajar dan

ilmuwannya, baik laki-laki maupun wanita. Mereka giat

mempelajari masalah-masalah Islam dan mempraktekkannya di

masjid dan tempat-tempat ibadat lainnya yang selalu dipenuhi

oleh segenap lapisan ummat Islam.

PERANAN WANITA

Jika kita membaca Al-Qur'an, maka dapat kita ketahui bahwa

penciptaan Nabi Adam as. bersamaan dengan ibu Hawa, yang

berfungsi sebagai istri dan kawan hidup beliau.

Kita mengetahui kisah istri Fir'aun, yang dapat mencegah

Fir'aun dalam niatnya untuk membunuh Nabi Musa as.

Sebagaimana tercantum dalam firman Allah swt.:

"Dan berkatalah istri Fir'aun, '(Ia) biji mata

bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya,

mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita

pungut menjadi anak, sedangkan mereka tidak

mzenyadari." (Q.s. Al-Qashash: 9).

Kita simak kisah dimana ada dua wanita di kota Madyan,

keduanya putri Asy-Syekh Al-Kabir, yang diberi air minum

oleh Nabi Musa as. Kemudian kedua wanita tersebut

mengusulkan kepada ayahnya, supaya memberi pekerjaan kepada

Nabi Musa as. karena beliau memiliki amanat (dapat

dipercaya) dan fisiknya kuat. Sebagaimana yang tertera dalam

firman Allah swt.:

"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata,

'Wahai Bapakku, ambillah dia sebagai orang yang

bekerja (kepada kita), karena sesungguhnya orang

yang terbaik, yang kamu ambil untuk bekerja

(kepada kita) ialah orang yang kuat dan dapat

dipercaya'." (Q.s. Al-Qashash: 26).

Kita simak lagi kisah ratu Balqis di negeri Yaman, yang

terkenal adil dan memiliki jiwa demokrasi. Ratu ini setelah

menerima surat dari Nabi Sulaiman as. yang isinya seruan

untuk taat kepada Allah dan menyembah kepada-Nya, lalu dia

meminta pendapat kepada kaumnya dan bermusyawarah untuk

mengambil sebuah putusan bersama.

Firman Allah swt.:

"Berkata dia (Balqis), 'Hai para pembesar, berilah

aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak

pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu

berada dalam majelis(ku).'

Mereka menjawab, 'Kita adalah orang-orang yang memiliki

kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang luar hiasa

(dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka

pertimbangkanlah yang akan kamu perintahkan'." (Q.s.

An-Naml: 32-3).

Kemudian dia berkata, sebagaimana yang telah difirmankan

Allah swt.:

"Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu

negeri niscaya mereka membinasakannya, dan

menjadikan penduduknya yang terhormat jadi hina;

dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat."

(Q.s. An-Naml: 34).

Kesimpulan dari pendapat ratu tersebut ialah bahwa

penguasa-penguasa di dunia ini jika mereka hendak menguasai

suatu negeri, maka mereka akan merusak dua hal, yaitu

merusak negara dan moral penduduknya.

Oleh karena itu, di dalam Al-Qur'an telah disebutkan

nama-nama wanita selain wanita-wanita yang tersebut di atas,

yang ada hubungannya dengan kisahnya masing-masing.

Misalnya, ibu Nabi Isa as, Maryam Al-Batul.

PERANAN WANITA PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW.

Adapun peranan wanita pada masa hidupnya Nabi Muhammad saw.

yang kita kenal ialah yang memelihara Nabi saw, yaitu Aminah

ibu beliau; yang menyusuinya, Halima As-Sa'diyah; dan yang

menjadi hadina (pengasuh) bagi beliau, Ummu Aiman r.a. dari

Habasyah.

Nabi saw. telah bersabda, "Bahwa dia adalah ibuku setelah

ibuku sendiri."

Kemudian kita kenal Siti Khadijah binti Khuwailid r.a,

wanita pertama yang beriman dan membantunya, Siti Aisyah,

Ummu Salamah, dan lain-lainnya, dari Ummahaatul Mukmtniin

(ibu dari kaum Mukmin), istri-istri Nabi, dan istri-istri

para sahabat Rasulullah saw.

AKTIVITAS WANITA MASA KINI

Sebenarnya, usaha (kiprah) kaum wanita cukup luas meliputi

berbagai bidang, terutama yang berhubungan dengan dirinya

sendiri, yang diselaraskan dengan Islam, dalam segi akidah,

akhlak dan masalah yang tidak menyimpang dari apa yang sudah

digariskan atau ditetapkan oleh Islam.

Wanita Muslimat mempunyai kewajiban untuk memperkuat

hubungannya dengan Allah dan menyucikan pikiran serta

wataknya dari sisa-sisa pengaruh pikiran Barat.

Harus mengetahui cara menangkis serangan-serangan kebatilan

dan syubuhat terhadap Islam.

Harus diketahui dan disadari hal-hal yang

melatarbelakanginya, mengapa dia harus menerima separuh dari

bagian yang diterima oleh kaum laki-laki dalam masalah hak

waris? Mengapa saksi seorang wanita itu dianggap separuh

dari laki-laki? Juga harus memahami hakikatnya, sehingga

iman dan Islamnya bersih, tiada keraguan lagi yang

menyelimuti benak dan pikirannya.

Dia harus menjalankan secara keseluruhan mengenai akhlak dan

perilakunya, sesuai dengan yang dikehendaki oleh Islam.

Tidak boleh terpengaruh oleh sikap dan perilaku wanita

non-Muslim atau berpaham Barat. Karena mereka bebas dari

pikiran dan peraturan-peraturan sebagaimana yang ada pada

agama Islam. Mereka tidak terikat pada perkara halal dan

haram, baik dan buruk.

Banyak diantara kaum wanita yang meniru mereka secara buta,

misalnya memanjangkan kuku yang menyerupai binatang buas,

pakaian mini, tipis (transparan), atau setengah telanjang,

dan sebagainya. Cara yang demikian itu adalah meniru orang

yang buta akan hal-hal terlarang.

Nabi saw. telah bersabda:

"Janganlah kamu menjadi orang yang tidak mempunyai

pendirian dan berkata, 'Aku ikut saja seperti

orang-orang itu. Jika mereka baik, aku pun baik;

jika mereka jahat, aku pun jadi jahat.' Tetapi

teguhkan hatimu dengan keputusan bahwa jika

orang-orang melakukan kebaikan, maka aku akan

mengerjakannya; dan jika orang-orang melakukan

kejahatan, maka aku tidak akan mengerjakan."

PERANAN WANITA DALAM KELUARGANYA

Di dalam Al-Qur'an telah ditetapkan, semua penetapan dan

perintah ditujukan kepada kedua pihak, laki-laki dan wanita,

kecuali yang khusus bagi salah satu dari keduanya. Maka,

kewajiban bagi kaum wanita di dalam keluarganya ialah

menjalankan apa yang diwajibkan baginya.

Jika dia sebagai anak, kemudian kedua orangtuanya atau salah

satunya menyimpang dari batas yang telah ditentukan oleh

agama, maka dengan cara yang sopan dan bijaksana, dia harus

mengajak kedua orangtuanya kembali ke jalan yang baik, yang

telah menjadi tujuan agama, disamping tetap menghormati

kedua orangtua.

Wajib bagi setiap wanita (para istri), yaitu membantu

suaminya dalam menjalankan perintah agama, mencari rezeki

yang halal, menerima dan mensyukuri yang dimilikinya dengan

penuh kesabaran, dan sebagainya.

Wajib pula bagi setiap ibu, mengajar anak-anaknya taat

kepada Allah, yakni dengan menjauhi larangan-Nya dan

menjalankan perintah-Nya, serta taat kepada kedua

orangtuanya.

Kewajiban bagi setiap wanita terhadap kawan-kawannya yang

seagama, yaitu menganjurkan untuk membersihkan akidah dan

tauhidnya dari pengaruh di luar Islam; menjauhi paham-paham

yang bersifat merusak dan menghancurkan sendi-sendi Islam

dan akhlak yang luhur, yang diterimanya melalui buku,

majalah, film, dan sebagainya.

Dengan adanya tindakan-tindakan di luar Islam, yang

ditimbulkan oleh sebagian kaum Muslimin terhadap wanita yang

kurang bijaksana dan insaf, maka hal inilah yang menyebabkan

terpengaruhnya mereka pada peradaban Barat dan

paham-pahamnya.

Harus diakui, bahwa hak-hak wanita di sebagian masyarakat

Islam belum diberikan secara penuh.

Harus diketahui pula, bahwa suara pertama dari kaum wanita

dalam menguatkan dakwah dan risalah Muhammad saw. ialah

suara Khadijah binti Khuwailid r.a. kepada Rasulullah saw.:

"Demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakan engkau

sama sekali. Sesungguhnya engkau bersilaturrahmi,

menghubungi keluarga dan mengangkat beban berat,

memberi kepada orang yang tidak punya, menerima

dan memberi (menghormati) kepada tamu, serta

menolong orang-orang yang menderita."

Orang pertama yang berperan sebagai syuhada ialah Ummu Amr

binti Yasir Ibnu Amar yang bernama Samiah, dia bersama

suaminya disiksa, agar mereka keluar dari agama Islam.

Tetapi mereka tetap bertahan dan sabar, sehingga dia mati

syahid bersama suaminya.

Ketika Rasulullah saw. melintasi mereka, dan melihat mereka

dalam keadaan disiksa, lalu Rasulullah saw. berkata kepada

mereka, "Sabarlah wahai Al-Yasir, sesungguhnya kita nanti

akan bertemu di surga."

Keterangan: Artikel ini merupakan artikel lepas yang ditulis

oleh Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Dikutip dari Majalah "Al-Ummah,"

no. 66, Pebruari 1986, hlm. 40-5. Dimuatnya artikel ini

menurut hemat kami amat layak. (Penerjemah).

---------------------------------------------------

Fatawa Qardhawi: Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah

Dr. Yusuf Al-Qardhawi

Cetakan Kedua, 1996

Penerbit Risalah Gusti

Jln. Ikan Mungging XIII/1

Telp./Fax. (031) 339440

Surabaya 60177

tontonan jadi tuntunan